Museum MPU Purwa
Bangunan beratap joglo dengan kombinasi pintu anjungan bergaya Spanyol. Ruangan besar untuk koleksi, sedang ruang sebelah barat untuk kantor.
Di dalam anjungan ada tulisan yang diambil dari bahasa Sansekerta yaitu:
“GUNA PARAMITA ACINTYA BHAKTI”
yang merupakan sesanti sekaligus tahun Sangkala pembangunan Balai Penyelamatan tersebut.
Uraiannya:
Guna : Tabiat, sifat, memiliki nilai 3
Paramita : Sempurna, luhur, memiliki nilai 0
Acintya : Tak terlukiskan, tak terbayangkan, memiliki nilai 0
Bhakti : Pengabdian. Kesetiaan. Memiliki nilai 2
Nilai 3002 jika dijadikan tahun harus dibalik sehingga didapat angka 2003.
Sesanti yang terkandung dalam Sengkala itu adalah:
“Pengabdian yang tulus (tak terbayangkan) merupakan sifat yang luhur.”
Halaman Museum Mpu Purwa
Halaman Balai Mpu Purwa ini cukup luas. Menghadap ke pintu gerbang utama, terdapat patung Joko Dolog dan sebuah Makara dengan motif ikan dan gajah. Biasanya makara ditempatkan di pigura pintu candi maupun tangga pintu masuk candi. Makara ini ditemukan di Dukuh Njoyo Merjosari Kec.Lowokwaru. Melangkah masuk ruangan Balai, kita akan disambut oleh Prasasti Muncang yang masih utuh dan tampak indah. Prasasti yang ditemukan di Desa Blandit Wonorejo Singosari ini berisi tentang pembebasan desa Munjang dari segala pajak kerajaan karena daerah tersebut digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap “Hyang Brahma” atau Gunung Bromo.
Pintu Masuk
Balai yang dulunya adalah SDN Mojolangu 2 Kota Malang ini berbentuk huruf T dengan koleksi arca yang ditata berjajar cukup rapi. Arca-arca tersebut dari kelompok arca agama Hindu, Buddha maupun kepercayaan asli Indonesia. Seperti Arca Resi Agastya, arca ini ditemukan di Dukuh Gasek Desa Karang Besuki. Gaya pahatannya menunjukkan arca ini produk abad VIII M. Arca Resi Agastya berhubungan dengan sebuah candi. Dalam pecandian, patung ini ditempatkan di relung sebelah selatan. Terdapat juga arca Bodhisatwa Awalokiteswara yang merupakan dewa dalam agama Buddha. Dilihat dari gaya pahatannya mengarah pada gaya pahatan dinasti Pala di India yang berkembang abad XIII M. Arca ini ditemukan di pecandian Singasari.
Di dalam anjungan ada tulisan yang diambil dari bahasa Sansekerta yaitu:
“GUNA PARAMITA ACINTYA BHAKTI”
yang merupakan sesanti sekaligus tahun Sangkala pembangunan Balai Penyelamatan tersebut.
Uraiannya:
Guna : Tabiat, sifat, memiliki nilai 3
Paramita : Sempurna, luhur, memiliki nilai 0
Acintya : Tak terlukiskan, tak terbayangkan, memiliki nilai 0
Bhakti : Pengabdian. Kesetiaan. Memiliki nilai 2
Nilai 3002 jika dijadikan tahun harus dibalik sehingga didapat angka 2003.
Sesanti yang terkandung dalam Sengkala itu adalah:
“Pengabdian yang tulus (tak terbayangkan) merupakan sifat yang luhur.”
Halaman Museum Mpu Purwa
Halaman Balai Mpu Purwa ini cukup luas. Menghadap ke pintu gerbang utama, terdapat patung Joko Dolog dan sebuah Makara dengan motif ikan dan gajah. Biasanya makara ditempatkan di pigura pintu candi maupun tangga pintu masuk candi. Makara ini ditemukan di Dukuh Njoyo Merjosari Kec.Lowokwaru. Melangkah masuk ruangan Balai, kita akan disambut oleh Prasasti Muncang yang masih utuh dan tampak indah. Prasasti yang ditemukan di Desa Blandit Wonorejo Singosari ini berisi tentang pembebasan desa Munjang dari segala pajak kerajaan karena daerah tersebut digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap “Hyang Brahma” atau Gunung Bromo.
Pintu Masuk
Balai yang dulunya adalah SDN Mojolangu 2 Kota Malang ini berbentuk huruf T dengan koleksi arca yang ditata berjajar cukup rapi. Arca-arca tersebut dari kelompok arca agama Hindu, Buddha maupun kepercayaan asli Indonesia. Seperti Arca Resi Agastya, arca ini ditemukan di Dukuh Gasek Desa Karang Besuki. Gaya pahatannya menunjukkan arca ini produk abad VIII M. Arca Resi Agastya berhubungan dengan sebuah candi. Dalam pecandian, patung ini ditempatkan di relung sebelah selatan. Terdapat juga arca Bodhisatwa Awalokiteswara yang merupakan dewa dalam agama Buddha. Dilihat dari gaya pahatannya mengarah pada gaya pahatan dinasti Pala di India yang berkembang abad XIII M. Arca ini ditemukan di pecandian Singasari.
alai Mpu Purwa menyimpan kurang lebih 136 koleksi arca peninggalan zaman prasejarah sampai zaman kerajaan Singasari. Yang artinya, di sini menyimpan peninggalan zaman Hindu, Buddha dan Hindu-Buddha. Ada empat kerajaan yang pernah ada di Malang dan wilayah Jatim lainnya yang berhubungan dengan Malang. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Mataram Kuno abad VIII-IX, Kanjuruhan abad VIII-IX, Kediri abad X-XI, dan Majapahit abad XIV-XV. Sedangkan di Malang sendiri berkembang Kerajaan Singasari dan Majapahit Kuno. Arca-arca yang menjadi koleksi Balai Mpu Purwa antara lain, Arca Dewa Siwa, Ganesya, dan Resi Guru yang dipercayai umat Hindu dan Arca Buddha dalam kegiatan keagamaan, selain itu ada juga prasasti yang di temukan di Malang yaitu Prasasti Dinoyo II dan patung Kendedes.
Suasana di dalam gedung Museum
Arca Ganesya Tikus adalah salah satu koleksi yang paling istimewa di tempat ini karena Balai Mpu Purwa adalah satu-satunya tempat di Indonesia yang memiliki arca tersebut. Mengutip keterangan Bapak Suwardono, Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang, pahatan arca ini identik dengan peninggalan kerajaan Kediri, patung ini pertama ditemukan di Lawang pada 1981-1982. Sedangkan ciri kerajaan Kediri, yakni pahatan yang cenderung kaku dan memiliki perhiasan yang berlebihan, ciri lain yakni pada patungnya menggunakan tali dipangkal lengan (Badong). Patung ini memiliki empat tangan; tangan kanan belakang membawa kapak, tangan kiri belakang membawa tasbih. Sedangkan tangan kanan depan membawa gading, dan tangan kiri depan membawa mangkuk madu. Adapun perbedaan arca ini dengan arca Ganesya yang lain, yakni arca ini tidak duduk di bantalan teratai, namun duduk dibantalan persegi empat yang didepannya ada gambar Musaka (Tikus). Motif ini yang jarang ditemui di Indonesia dan terbanyak di India.
Arca Ganesya Tikus adalah salah satu koleksi yang paling istimewa di tempat ini karena Balai Mpu Purwa adalah satu-satunya tempat di Indonesia yang memiliki arca tersebut. Mengutip keterangan Bapak Suwardono, Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang, pahatan arca ini identik dengan peninggalan kerajaan Kediri, patung ini pertama ditemukan di Lawang pada 1981-1982. Sedangkan ciri kerajaan Kediri, yakni pahatan yang cenderung kaku dan memiliki perhiasan yang berlebihan, ciri lain yakni pada patungnya menggunakan tali dipangkal lengan (Badong). Patung ini memiliki empat tangan; tangan kanan belakang membawa kapak, tangan kiri belakang membawa tasbih. Sedangkan tangan kanan depan membawa gading, dan tangan kiri depan membawa mangkuk madu. Adapun perbedaan arca ini dengan arca Ganesya yang lain, yakni arca ini tidak duduk di bantalan teratai, namun duduk dibantalan persegi empat yang didepannya ada gambar Musaka (Tikus). Motif ini yang jarang ditemui di Indonesia dan terbanyak di India.
Museum Brawijaya
Museum brawijaya termasuk dalam bangunan yang berarsitektur kolonial. Museum ini memiliki bangunan atap yang khas dan struktur yang kokoh. Selain itu memiliki interior yang unik.
- Bentuk atap yang memiliki desain arsitektur menyerupai payung-payung yang berjajar memberikan ciri khas tersendiri, dan patung soedirman di depan pintu masuk yang menjadi simbol utama di musium brawijaya.
- Adanya jembatan diatas kolam yang memanjang di depan bangunan membuat suasana menjadi asri dan dingin serta menambah daya tarik tersendiri. selain itu menjadi penghubung ke bangunan utama musium yang membuat bangunan terasa seperti berdiri diatas air.
- Struktur kolom – kolom yang berarsitektur, kokoh,dan elegan terlihat didalam bangunan museum. Membuat bangunan terkesan kokoh dan kuat.
- Pemanfaatan balok-balok bangunan yang melintang sebagai dekorasi pajangan foto-foto para pahlawan. Menambah kesan bangunan yang berarsitektur kolonial.
- Bentuk almari yang berarsitektur unik yaitu berbentuk segitiga kalu dilihat dari atas dan pemanfaatan kolom-kolom bangunan yang digunakan sebagai etalase kaca.
- Jendela kaca yang besar yang berbatasan langsung dengan kolam membuat ruangan seakan-akan menyatu denga kolam sehingga menimbulkan suasana sejuk. Perbedaan kontur pada museum ini membuat ruangan teresa luas.
- Atap dak dijadikan tempat tuk bersantai membuat tempat ini menjadi salah satu tempat faforit karena dari sini kita bisa melihat pemandangan kolam yang asri dan indah.
- Bentuk papan nama museum yang simpel dan elegan. Serta adanya senjata perang yang diletakkan di atas bunga teratai menjadi daya tarik tersensdiri.
- Desaint penataan ruangan yang simpel dan berarsitektur kolonial memberikan kenyaman bagi para pengunjung dalam melihat benda-benda di dalam museum.
- Penempatan dan penataan barang-barang bersejarah yang rapi dan sesuai dengan aslinya membuat para pengunjung bisa ikut merasakan suasana prasejarah
Museum Bentoel
Aslinya, Museum bentoel merupakan bekas rumah tinggal Ong Hook Liong, pendiri rokok bentoel sendiri. Karena keinginan Ong Hook Liong agar rumah ini tidak ditinggalkan begitu saja, maka rumahnya dijadikan museum.
DI dalamnya ada ruang keluarga, ruang tidur, kantor, dan beberapa ruang lain yang dijadikan tempat menyimpan peralatan dan rokok yang telah di produksi.
Di museum ini juga, terdapat sebuah terpisah bangungan yang dikhusukan bagi tamu keluarga yang datang dari luar kota.
DI dalamnya ada ruang keluarga, ruang tidur, kantor, dan beberapa ruang lain yang dijadikan tempat menyimpan peralatan dan rokok yang telah di produksi.
Di museum ini juga, terdapat sebuah terpisah bangungan yang dikhusukan bagi tamu keluarga yang datang dari luar kota.